Ni Kadek Ardani ialah seorang penyintas dari aksi teror Bom Bali II yang terjadi pada 1 Oktober 2005. Ledakan bom bunuh diri menyasar tempat kerjanya, Menega Café, sebuah restoran makanan laut yang berada di tepi Pantai Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali. Kadek yang sedang bekerja sebagai pramusaji saat itu mengalami luka robek di beberapa bagian tubuh karena terkoyak belasan butir logam serpihan bom.
Pengobatan fisik dan pemulihan mental untuk menghilangkan trauma dari peristiwa itu menyita banyak tenaga dan waktu dalam hidupnya. Secara bertahap dia pun bangkit berkat dukungan keluarga, terutama ibunda tercinta.
“Saya bisa bangkit kembali karena dorongan ibu dan keluarga saya,” kata Kadek.
Belasan tahun setelah tragedi berlalu dia dipertemukan dengan mantan pelaku terorisme dalam sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh Aliansi Indonesia Damai (AIDA). Dia mengaku, saat pertama kali bertemu dengan orang yang pernah berada dalam jaringan pelaku terorisme, berkecamuk aneka perasaan di dalam hati dan pikirannya. Setelah menyadari keinsafan mantan pelaku, Kadek pun berusaha sedikit demi sedikit menghilangkan perasaan negatif serta membangun kepercayaan.
“Saya sudah berusaha memaafkan para pelaku teroris. Saya menganggap mereka saudara,” ujarnya dalam kegiatan safari kampanye perdamaian AIDA di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung awal November 2018.
Kadek menambahkan, dengan memaafkan kesalahan orang lain dia berharap hubungan yang damai dan saling menghormati di antara sesama manusia bisa semakin kuat. Dalam kegiatan itu dia mengajak para hadirin untuk senantiasa berusaha semampunya agar menjadi pribadi yang pemaaf demi terciptanya perdamaian, meskipun sangat berat dilakukan.
“Dendam tidak akan menyelesaikan semuanya,” dia mengatakan.
Pertemuan Kadek dengan mantan pelaku terorisme pertama kali terjadi dalam kegiatan AIDA di Kota Serang, Banten beberapa bulan lalu. Dia bertemu dengan Choirul Ihwan, seorang mantan narapidana kasus terorisme yang telah bertobat. Awal bulan ini di Pringsewu, Kadek dipertemukan dengan Iswanto, seorang mantan kombatan anggota kelompok teroris Jemaah Islamiyah asal Lamongan, Jawa Timur. Choirul Ihwan dan Iswanto telah memohon ketulusan Kadek untuk memaafkan kesalahan mereka di masa lalu. Sebaliknya, baik kepada Choirul Ihwan maupun Iswanto, Kadek mengaku telah memaafkan kekeliruan mereka saat tergabung kelompok kekerasan.
Kadek kini aktif menjadi anggota Yayasan Penyintas Indonesia (YPI), organisasi yang mewadahi para korban aksi terorisme di seluruh Indonesia. AIDA dan YPI berkomitmen untuk menjalin kerja sama dalam mengampanyekan perdamaian kepada masyarakat. [FS]
Sumber: AIDA.or.id